Keistimewaan shalat subuh

Selasa, 07 Mei 2013

SEORANG penguasa Yahudi berkata:
“Kami baru takut terhadap umat
Islam jika mereka telah
melaksanakan salat subuh seperti
melaksanakan salat Jum’at.” (Buku Misteri Salat
Subuh oleh Dr Raghib As-Sirjani). “Sungguh
masjid-masjid di seluruh penjuru dunia ini
merintih pedih dan mengeluh kepada Allah
karena dijauhi oleh mayoritas kaum muslimin
ketika salat subuh tengah dilaksanakan.
Kalau bukan karena ketentuan Allah bahwa
benda-benda mati itu tidak bisa bicara, tentu
manusia dapat mendengar suara rintihan dan
gemuruh tangis masjid-masjid itu mengadu
kepada Rabbnya Yang Agung”. (Buku Keajaiban
Salat Subuh oleh Dr. Imad Ali Abdus Sami
Husain).
Dibalik pelaksanaan salat subuh, tersimpan
rahasia yang menakjubkan. Banyak
permasalahan yang bila dirunut, bersumber
dari pelaksanaan salat subuh yang disepelekan.
Itulah sebabnya, para sahabat Nabi SAW
berusaha sekuat tenaga agar tidak kehilangan
waktu emas itu. Pernah suatu ketika mereka
terlambat salat subuh dalam penaklukkan
Benteng Tsatar. “Tragedi” ini membuat sahabat
semisal Anas bin Malik selalu menangis bila
mengenangnya.
Menurut sejarah, kejayaan lahir dan batin
umat Islam zaman dahulu karena mereka yang
melaksanakan salat subuh seperti yang
ditakutkan oleh penguasa Yahudi di atas yaitu
jemaahnya sama seperti salat Jum’at. Pada
zaman salafus sholih, masjid-masjid selalu
penuh sesak dengan orang-orang yang
menunaikan salat subuh seperti tidak ada
bedanya dengan saat mereka menunaikan salat
Jum’at. Keadaan ini masih terlihat di tanah suci
Makkah dan Madinah saat ini. Pantaslah di
sana kehidupan masyarakatnya makmur, relatif
aman dan harga kebutuhan hidup stabil sejak
puluhan tahun yang silam. Misalnya harga
telur, apel, ayam, pisang dan udang tetap tidak
berubah sama dengan saat ini.
Saking sayangnya Rasulullah SAW kepada
pengikutnya, sampai beliau berdoa: “Ya Allah
berkahilah umatku selama mereka senang
bangun subuh”. Dan dalam hadis lain beliau
menjamin bila orang senang bangun subuh
maka rezeki dan hidupnya akan berkah seperti
sabda Rasulullah SAW: “Berpagi – pagilah kamu
mencari segala keperluan atau hajat, karena
sesungguhnya diwaktu pagi itulah terdapat
berkah”.
Kenapa maka salat subuh itu memperoleh
perhatian utama? Sebab Allah SWT sendiri
telah menegaskannya dalam Al Quran: “Dan
(dirikanlah pula salat subuh). Sesungguhnya
salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)”. ( Al
Isra (17) ayat 78 ).
Salat subuh memang merupakan tolok ukur
keimanan seseorang. Jika ada seorang mukmin-
walaupun ia jago puasa, tilawah Al Quran,
berzikir atau bahkan ia seorang Dai sekalipun,
namun ia masih merasa berat untuk bangun
menghadiri salat subuh berjemaah di masjid,
maka ia harus banyak bermuhasabah, jangan-
jangan ia termasuk dalam katagori sabda
Rasulullah SAW : “Salat yang paling berat bagi
orang-orang munafik adalah salat Isya dan
salat subuh” (HR.Ahmad), demikian antara lain
komentar Dr Imad Ali Abdus Sami Husain
dalam bukunya “Keajaiban Salat Subuh”. Hal
senada juga diungkapkan oleh Dr. Raghib As-
Sirjani, seperti dikatakannya: “Seorang dai yang
tidak menjaga salat subuh dalam berjemaah,
tetapi dia berbicara dan berceramah dalam
sebuah majelis tentang tegaknya agama Allah
dimuka bumi, Naif !”.
Dasar statement kedua ulama dan penulis
Timur Tengah di atas, sudah pasti peristiwa
yang terjadi di zaman Rasulullah SAW. Sebab
bila beliau meragukan keimanan seseorang
maka Nabi SAW akan menelitinya pada saat
salat subuh. Apabila beliau tidak mendapati
orang tadi salat subuh, maka benarlah apa yang
beliau ragukan dalam hati. Ubai bin Ka’ab
berkata: “Rasulullah SAW pernah salat subuh,
kemudian berkata, ‘Apakah kalian menyaksikan
bahwa si Fulan salat?’ Mereka menjawab, ‘
Tidak ‘. Beliau berkata lagi , ‘ Si Fulan ? ‘.
Mereka menjawab , ‘ Tidak ‘. Maka Nabi Mulia
itu berkata: “Sesungguhnya dua salat ini (subuh
dan Isya) adalah salat yang berat bagi orang-
orang munafik. Sesungguhnya, apabila mereka
mengetahui apa yang ada dalam salat subuh
dan isya, maka mereka akan mendatanginya,
sekalipun dengan merangkak. (HR. Ahmad dan
An-Nasai). Ibnu Umar RA pun berkata: “Ketika
kami tidak melihat seseorang dalam salat
subuh atau isya, kami langsung berperasangka
buruk kepadanya.” Dan ujar Imam Malik lagi :
“Batas antara kita dengan orang-orang muanfik
adalah menghadiri salat isya dan subuh, sebab
orang-orang munafik tidak sanggup menghadiri
kedua salat tersebut”.
Diceritakan satu ketika Rasulullah SAW salat
subuh di masjid Nabawi. Begitu pulang beliau
mendapati putrinya Siti Fatimah masih tidur.
Maka beliau pun membalikklan tubuh Fatimah
dengan kakiknya, kemudian berkata: “Hai
Fatimah, bangun dan saksikanlah rezeki
Robbmu, karena Allah SWT. membagi-bagi
rezeki para hamba antara salat subuh dan
terbitnya matahari”. ( HR.Baihaqi ).
Dilain waktu Rasulullah SAW usai memipin salat
subuh, Beliau tidak melihat Ali bin Abi Thalib
RA. Khawatir menantunya ini sakit, beliau
langsung menuju rumahnya. Ketika bertemu
dengan Siti Fatimah, mendapat penjelasan
bahwa saking asyiknya Ali, suaminya beribadah
malam, maka salat subuh dilakukan di rumah.
Rasulullah SAW kemudian berkata kurang lebih:
“Salat subuh yang dilakukan secara berjemaah
(di masjid), lebih bagus daripada ibadah yang
dilakukan seseorang sepanjang malam di
rumah”.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim
bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:
“Barangsiapa yang melaksanakan salat isya
secara berjemaah , maka ia seperti salat malam
separoh malam. Dan barangsiapa yang
melaksanakan salat subuh secara berjemaah,
maka ia seperti salat malam satu malam
penuh”. Sehingga Ibnu Umar RA pun
menegaskan: “Sungguh, aku bisa melaksanakan
salat subuh secara berjemaah, itu lebih aku
sukai daripada salat malam semalam suntuk”.
Sudah pasti yang paling baik adalah istiqamah
salat malam di rumah sesuai kemampuan dan
ditutup dengan salat subuh secera berjemaah di Masjid.

Source:www.untukku.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar